Jumat, 11 Desember 2009

Home Heboh! Tuyul Gentayangan di Sukamantri Bogor Tertangkap Kamera

SEORANG siswa SMP tanpa sengaja telah merekam sesosok makhluk yang diduga tuyul di rumahnya di Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Makhluk itu bisa meloncat secepat angin.



Peristiwanya sebenarnya sudah cukup lama, yakni enam bulan lalu. Dalam rekaman berdurasi 2 menit 44 detik itu terlihat tiga remaja, yang satu sedang merekam gambar dua temannya yang sedang bermain gitar. Saat rekaman tepat pada detik 44, tiba-tiba muncul sesosok makhluk dari belakang kedua remaja itu dan bergerak merangkak. Tubuhnya kurus dengan tangan panjang dan kepala botak.

Remaja yang merekam gambar itu langsung berteriak menggunakan bahasa Sunda. "Di.. Di.. aya tuyul din tukangeun sia (Di.. Di.. ada tuyul di belakangmu-Red)," pekiknya, memberi tahu Didi dan rekannya yang saat itu sedang bernyanyi.

Dalam rekaman itu Didi dan temannya sempat menoleh ke belakang, namun mereka tidak melihat sosok makhluk apa pun. Sekitar 10 detik kemudian, makhluk itu menghilang dari pandangan si perekam. Namun, tiba-tiba sosoknya kembali muncul persis di hadapan handphone yang digunakan untuk merekam. Selanjutnya sosok menyeramkan itu kembali menghilang dan muncul lagi di lokasi berbeda yang hanya berjarak sekitar dua meter dari ketiga remaja tersebut.

Beredarnya rekaman itu menggemparkan sebagian warga. Apalagi, salah satu remaja yang terekam dalam video itu jatuh sakit selama tiga bulan. "Benar itu, tapi kejadiannya sih sudah lama, sekitar enam bulan lalu. Dalam rekaman itu terlihat sesosok makhluk menyerupai tuyul," ujar salah satu warga yang minta namanya tidak disebutkan.

Warga tersebut mengatakan, setelah munculnya tuyul dalam rekaman itu, salah satu remaja, Didi, langsung jatuh sakit selama tiga bulan. Menurut orang pintar, sakitnya siswa SMP itu terjadi akibat pengaruh tuyul yang terekam temannya melalui HP. "Makanya sejak itu keluarga Didi menolak menceritakan kembali soal kejadian itu, karena takut anaknya sakit lagi," katanya.

Hebohnya soal rekaman video tuyul juga diakui Indrajaya (32) warga Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Dia mengatakan, rekaman berisi gambar tuyul itu dia terima sekitar Mei lalu. Namun, saat itu dia tidak menyangka kalau rekaman tersebut dibuat di daerah Sukamantri, Kabupaten Bogor. "Justru saya dapat bluetooth-an rekaman ini dari teman saya yang kerja di Jakarta. Katanya saat itu peristiwa ini terjadi di Cianjur. Makanya saya kaget pas tahu ternyata kejadiannya enggak jauh dari rumah saya," katanya.

Seperti diketahui bahwa tuyul (bahasa Jawa: thuyul) dalam mitologi Nusantara, terutama di Pulau Jawa, adalah makhluk halus berwujud anak kecil atau orang kerdil dengan kepala gundul. Penggambaran lainnya yang tidak disepakati semua orang adalah kulitnya berwarna keperakan, bersifat sosial (dalam pengertian memiliki masyarakat dan pemimpin), serta bersuara seperti anak ayam. Tuyul dapat dipekerjakan oleh seorang majikan (manusia) untuk alasan tertentu, terutama mencuri (uang).

Baru-baru ini, warga di Perumahan Puri Nirwana1, Bogor, yang resah karena sering kehilangan uang terpaksa meminta bantuan H Udin, seorang kiai yang bermukim di Jalan Swadaya, Kebonkopi, Pabuaran, Cibinong, Kabupaten Bogor. Dengan bantuan H Udin, dua tuyul berukuran besar dan kecil dapat ditangkap.

H Udin, yang biasa disapa dengan sebutan Abah, mengaku bahwa sebelum menyanggupi permintaan warga Puri Nirwana dia terlebih dahulu melakukan salat. Setelah itu barulah dia mendatangi lokasi. Di sini, lagi-lagi dirinya melakukan ritual khusus untuk mengetahui keberadaan tuyul yang meresahkan itu.

Dua tuyul yang ditangkap itu kemudian dimasukkan ke sebuah botol besar berwarna putih. Sebelum dua tuyul masuk dalam perangkap, Abah terlebih dahulu menggoyang botol yang mengeluarkan asap putih.

Saat digoyang, semula botol tersebut terasa ringan. Namun, beberapa menit kemudian botol terasa berat. Bahkan Abah terlihat berkeringat, walau suasana saat itu tengah turun hujan. Abah lalu menyampaikan kepada warga bahwa tuyul sudah masuk dalam perangkapnya.

Sepintas terlihat ada dua bayangan dalam botol. Dua makhluk yang diakui Abah sebagai tuyul itu berukuran besar dan kecil. Tuyul-tuyul tersebut kini masih berada di rumah H Udin. Rencananya warga akan melakukan ritual, untuk selanjutnya melepas kedua makhluk tersebut ke alamnya.

Mirip anak kecil

Buku Kebudayaan Jawa karangan K Soemarto mengategorikan tuyul sebagai roh-roh yang dianggap baik yang menuntut balas budi atas pertolongan dan keuntungan yang diberikan kepada manusia. Tuyul itu seperti anak kecil dengan tinggi badan sekitar 50-60 cm. Makhluk ini tidak memiliki tulang dan kalau dipegang terasa lembek seperti lintah.

Tuyul yang staminanya baik bisa beroperasi mencapai jarak 30 km. Tuyul juga bisa melayang dan menghilang. Tuyul yang sering menampakkan diri dalam bentuk mendekati anak kecil memiliki ciri khas tertentu. Bentuk telapak kakinya dengan ibu jari kaki mirip manusia, namun keempat jari lainnya dihubungkan dengan kulit tipis, mirip kaki bebek. Tumitnya agak persegi.

Soal pakaian, tuyul kadang telanjang bulat, tapi lebih sering digambarkan bercelana pendek. Menurut seorang pawang tuyul, pakaian yang dikenakan berwarna sama antara yang di atas dan yang di bawah. Warna merah dan hitam adalah warna pakaian yang paling disukai di kalangan tuyul. Tuyul tidak suka dengan cermin dan kulit durian serta rambut panjang yang sengaja diruwetkan. Sukanya cari majikan perempuan yang masih muda, gemuk, dan berpayudara besar agar dia bisa menyusu. Mainan yang disukai adalah yuyu (sejenis kepiting air tawar). Tuyul termasuk makhluk penurut. Selain suka mengambil uang (seperti yang diajarkan atau diminta oleh pemiliknya), tuyul suka mengambil mainan anak kecil. Tuyul umumnya berkepala gundul, namun ada pula yang berkuncir dan berkuncung.

Drs MM Sukarto K Atmodjo, seorang epigraf, mengatakan, sejak zaman prasejarah bangsa Indonesia sudah mengenal makhluk halus. Adapun nam-nama makhluk halus yang sekarang ini ada, hanyalah perkembangan dari zaman sebelumnya. Jumlah dan keragamannya pun semakin lama semakin bertambah, namun jelas-jelas semua itu muncul akibat percampuran antara budaya Indonesia asli dan budaya pendatang. (Soewidia Henaldi)

wartakota

0 komentar:

 

Blog Berita © 2008 using D'Bluez Theme Designed by Ipiet Supported by Tadpole's Notez Based on FREEmium theme